Tulisan Ekonomi ke 4

  1. 1.      Core business
Core business organisasi (perusahaan) adalah sebuah aktivitas “utama” atau penting dari sebuah organisasi (perusahaan)” [1]Core business merupakan Area utama, dimana  bisnis  mengembangkan atau mengoprasikan altivitas utamanya”[2]Core bisnis adalah aktivitas yang utama”[3]
Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa, perusahaan yang bergerak dibidang yang sama, memiliki core business yang sama.Sebagai contoh:
  1. Perusahaan dibidang manufaktur, core businessnya adalah memproduksi produk
  2. Perusahaan jasa pengiriman core businessnya adalah pengiriman barang
  3. Perusahaan Perbankan core businessnya adalah proses pengambilan dan penyimpanan uang oleh nasabah.
Contoh lebih spesifik adalah:
  1. a.      Nike core bisnisnya adalah memproduksi sepatu (keamanan, cleaning servivce, distributor merupakan jenis pekerjaan yang bukan merpakan core business, karena tidak ada kaitannya dengan proses produksi sepatu) sedangkan proses pembuatan tali sepatu, pewarnaan, uji coba kenyamanan merupakan jenis pekerjaan yang merupakan core business
  2. PT. Sari Husada core businessnya adalah memproduksi susu khususnya untuk Ibu hamil. dan balita, keamanan, cleaning service, distributor merupakan jenis pekerjaan yang bukan merpakan core business, karena tidak ada kaitannya dengan proses produksi susu dalam kemasan) akan tetapi riset dan pengembangan gizi, pengolahan, pengepakan merupakan core businessnya.
Suatu proses dikatakan berada di dalam domain core business jika memenuhi minimum satu dari 3 (tiga) kriteria, yaitu:
  1. Proses yang ada terkait langsung dengan aktivitas penciptaan produk atau jasa;
  2. Perusahaan akan terancam eksistensi atau kemampuan berproduksinya, jika proses terkait terganggu; dan
  3. Pelanggan atau konsumen ”is willing to pay” (bersedia membayar, dalam arti kata “value for money”) kepada perusahaan untuk melakukan proses tersebut.
Sedikit berbeda dengan kriteria di atas, Alaxander and Young mengatakan bahwa ada 4 pengertian yang dihubungkan dengan core business dengan core activity, Yaitu
  1. Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan
  2. kegiatan yang besrifat kritis terhadap kinerja bisnis
  3. Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun  diwaktu yang akan datang
  4. kegiatan yang akan mendorong pengembangan, inovasi atau peremajaan kembali.
Core business sangat memungkinkan untuk berubah, Nokia adalah salah satu contoh perusahaan yang tadinya adalah perusahaan pengolahan kayu yang kemudian masuk ke pembangkit listrik dan akhirnya masuk dan mengubah wajah industri telekomunikasi dunia. Di Indonesia, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mengubah bisnis intinya dari bisnis perkayuan ke petrokimia. Langkah awal yang dilakukan adalah mengubah nama dari PT Barito Pacific Timber menjadi PT Barito Pacific, untuk semakin meyakinkan orang bahwa bisnis intinya telah berubah.[4]

  1. 2.      Core competency
Core business berhubungan erat dengan core competency, walaupun demikian bamyak eksekutif senior yang tidak mengetahui core competency perusahaan mereka.[5] Beberapa definisi core competency;
”Satu kesatuan skill dan teknologi yang memberikan konstribusi pada keunggulan kompetitif perusahaan”[6]selain itu juga dapat bermakna “Faktor tertentu yang menjadikan perusahaan menjadi terdepan, dengan memeliki beberapa kriteria sebagai berikut:
  1. memberikan manfaat bagi  Konsumen
  2. Tidaklah mudah bagi pesaing untuk meniru
  3. Hal ini dapat memberikan ruang untuk memasarkan produk dan memperluas  pasar”[7]
Sejalan dengan pengertian sebelumnya core competency merupakan “kumpulan kemampuan yang luar biasa atau terkait dengan ‘keunggulan’ setelah konsisten berjuang selama bertahun-tahun, dan yang tidak dapat dengan mudah ditiru. Core competency adalah apa yang memberikan perusahaan satu atau lebih keunggulan kompetitif, dalam menciptakan dan memberikan nilai kepada para pelanggan dalam memilih. Core competency juga disebut inti kemampuan atau kompetensi yang berbeda,” [8]sedangkan pengertian lain dari dictionary.bnet.com adalah“kemampuan kunci atau kekuatan yang dimiliki oleh sebuah organisasi (perusahaan) yang membedakan dari organisasi (peruahaan lain), memberi keuntungan kompetitif, dan memberikan kontribusi kepada kesuksesan jangka panjang.”[9]sedangkan Thomas dan David Hunger mendefinisikan core competency sebagai “sebuah kumpulan kemampuan yang melintasi divisi perusahaan, biasanya tersebar luas di dalam perusahaan dan merupakan sesuatu hal yang dapat dikerjakan oleh perusahaan dengan sangat baik, “[10]sedangkan dalam bain.com dijelaskan bahwa core competency adalah “sebuah kemahiran yang memungkinkan perusahaan memberikan nilai yang unik kepada konsumen. Hal itu berbentuk pembelajaran bersama organisasi, khususnya bagaimana mengkordinasikan kemampuan produksi dengan beberapa teknologi yang ada. Core competency menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk perusahaan”[11]
Suatu core competency dapat berbentuk seperti: kemampuan teknik, know-how, proses yang handal dan/atau hubungan dekat dengan pelanggan dan pemasok.termasuk juga pengembangan produk atau budaya, seperti dedikasi karyawan. Kompetensi inti adalah pembelajaran kolektif dalam organisasi, dan melibatkan bagaimana mengkoordinasikan beragam keahlian produksi dan mengintegrasikan berbagai aliran teknologi. Core competency memerlukan komunikasi, keterlibatan dan komitmen yang mendalam untuk bekerja melintasi batas-batas organisasi. Sedikit perusahaan kemungkinan untuk membangun kepemimpinan pasar dengan memiliki lebih dari lima atau enam kompetensi dasar.[12]
Untuk mengembangkan Core competency ini, perusahaan harus:
1)      Memisahkan, kemampuan utama perusahaan dan menajamkannya melalui kelebihan yang dimiliki organisasi
2)      Membandingkan, perusahaan dengan perusahaan pesaing yang memiliki persamaan keahlian, untuk meyakinkan bahwa perusahaan mengembangkan kemampuan yang unik.
3)      Membuat peta strategi  organisasi yang merangkai tujuan dari pengembangan kompetensi
4)      Menguatkan komunikasi dan keterlibatan antar divisi yang memiliki kemampuan inti (core capabilities)
5)      Mengalihdayakan, Noncapabilities kepada pihak yang ahli, untuk meningkatkan core competency
Core competency dapat digunakan untuk:
1)      Mendesain, posisi kompetitif dan strategi yang bermanfaat untuk kekuatan perusahaan
2)      Menyatukan unit dan fungsi bisnis, dan meningkatkan transfer pengetahuan dan keahlian diantara mereka.
3)      Membantu Karyawan mengetahui prioritas manajemen.
4)      Memutuskan dimana mengalokasikan sumber daya.
5)      Membantu membuat keputusan, outsourcing dan penjualan.
6)      Melebarkan, wilayah inovasi bisnis dan menghasilkan produk dan pelayanan baru.
7)      Menciptakan pasar baru.
8)      Meningkatkan image perusahaan dan membangun loyalitas konsumen.[13]
Hubungan core business dan core competency adalah dengan mengontrakkan non core business, sehingga para manajer perusahaan dapat lebih memfokuskan atau mengkonsentrasikan diri pada bisnis utama atau core businessnya, sehingga akan menghasilkan keunggulan komparatif yang lebih besar dan mempercepat pengembangkan perusahaan serta lebih menjamin keberhasilan. Dengan meningkatkan fokus pada bisnis utamanya, perusahaan juga akan mampu lebih meningkatkan lagi core competencenya.[14]
Berdasar uraian di atas jelas, bahwa core competency berada di dalam core business atau merupakan hasil pengolahan atau manajemen yang strategis terhadap core business,sebagai contoh:
  1. Nike mampu memproduksi sepatu yang nyama, desain, sesuai bahkan mempengaruhi selera pasar.
  2. TIKI, jasa pengiriman, dengan kualitas kecepatan. Memberikan jaminan dengan harga yang terjangkau.
  3. PT. Sari husada memproduksi susu, yang keamaana dan tingkat gizi yang terkontrol.
Seharusnya dalam wilayah core business, terlebih dalam wilayah core competency. Perusahaan harus mengelolanya sendiri untuk melakukan kontrol, inovasi dan untuk meningkatkan kualitas dalam persaingan dewasa ini, akan tetapi, perkembangan bisnis menyebabkan perusahaan melakukan outsourcing, bukan hanya untuk alas an biaya, tetapi untuk alasan yang strategis.
Hampir seluruh proses produksi sepatu nike dioutsorcing, ke berbagai negara, bahan baku, tenaga kerja, proses pembuatan sepatu sendiri, yang tidak di outsourcing hanyalah proses pembuatan desain. Desain ini merupakan distinctive core competency dari Nike. Desainer Nike bukan hanya terdiri dari orang-orang seni, namun juga para psikolog, olah ragawan, dokter orthopedic, konsultan motivasi, di samping masukan dari para eksekutif hebat dalam bidang pemasaran dan penjualan. sedangkan PT Sari Husada yang memiliki keunggulan dalam kualitas produk terkait dengan nutrisi dan gizi yang terkandung dalam produknya, melakukan outsource di bidang riset and developmentnya, Pusat Riset Inovasi & Nutrisi SGM didukung oleh ahli nutrisi, teknologi pangan dan mikrobiologi dari IPB dan Universitas Gadjah Mada.[15] Hal ini serupa dengan beberapa perusahaan farmasi di Amerika. 40 persen sampai 60 persen perusahaan di Amerika mengalihkan research and  development kepada pihak ketiga yang dianggap lebih ahli [16]
Dewasa ini, outsourcing berkembang, outsourcing bukan hanya jenis pekerjaan yang non core business ataupun non core competency, tetapi juga pekerjaan yang merupakan core business ataupun core competency.  Karena di erapersaingan yang sangat ketat ini, keunggulan kompetitif sangat diperlukan, inovasi dan differensiasi menjadi penentu kemenangan persaingan. Hal semacam ini, diperlukan kemampuan dan keberanian untuk melakukan outsourcing secara tepat. Termasuk mengalihkan core business ataupun core competency kepada pihak lain yang lebih ahli, dapat dipercaya dan perusahaan tersebut memang tidak diragukan dalam pengelolaan core businessnya.[17]
  1. 3.      Strategi Outsourcing, Terkait Core Business dan Non core Business
Walaupun cost (biaya) sering dijadikan alasan kenapa perusahaan melakukan outsourcing, tetapi ini bukan merupakan alasan yang penting. Kekurangan dalam pengalaman atau pengetahuan perusahaan, ketahanan organisasi, kompetisi dan akses terhadap posisi-posisi yang langka adalah alasan-alasan penting dari outsourcing, karenanya manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan, beberapa hal yang penting agar dapat melakukan outsourcing dengan baik
Berikut matrix yang dibuat oleh, Komang Priambada, Praktisi dan konsultan outsourcing di Indonesia.
Gambar 3: Core Matrix
Core Matrix[18]
Critical
Outsorce considerable with expert and high control mechanism
Outsource only The Proven Expertise
NonCritical
Outsoure
Or
Die
Outsource NonCritical Activities, Managed The Core
                               Non core                               Core
Core matrix berarti sebuah proses atau keahlian merupakan kunci dari competitiveness atau yang membedakan perusahaan sendiri dengan kompotitor.
Critical Matrix berarti jika tidak dilakukan sesuai dengan standar operator prosedur (SOP) yang ada, maka beberapa risiko dapat terjadi antara lain: proses tidak dapat berjalan, kehilangan pegangan, kerugian perusahaan, bahkan sampai pada penutupan perusahaan.
Core adalah bagaimana perusahaan eksis (keberadaan perusahaan itu sendiri), dan critical adalah bagaimana perusahaan itu survive dalam bisnisnya (menyangkut pengelolaan perusahaan). Sebuah keputusan outsourcing selalu berdasarkan pada kedua situasi dinamis ini, yaitu core dan critical, yang dapat di kategorikan kedalam empat area yang berbeda yaitu: Noncritical dan non core, Non critical tapi non core, dan yang terakhir adalah critical dan juga core
  1. Kategori Non critical-Non Core
Non critical di jelaskan dengan jawaban atas pertanyaan –pertanyaan berikut: Jika proses ini tidak ada atau tertunda, apakah perusahaan tetap bisa dijalankan? Jika jawabannya masih dapat dilakukan dan tidak mempengaruhi pelayanan pada para pelanggan, maka ini salah satu ciri bahwa pekerjaan atau tugas tersebut adalah Non critical
Berikut apakah Karyawan yang melakukan pekerjaan tersebit bisa digantikan dengan mudah? Perlu beberapa lama untuk mencari pengganti dengan tingkat pelayanan yang mirip yang tidak ada saat ini? Jika jawabannya adalah bahwa posisi ini dapat digantikan dengan tidak sulit, orang yang akan menggantikan cukup diberikan pengetahuan dasar dari pekerjaan tersebut, dalam satu atau dua jam sudah dapat menggantikan karyawan yang tidak hadir. Maka ini adalah non core
Contoh dari posisi dalam matriks ini adalah cleaning service atau office boy. Apabila office boy tidak dapat hadir karena suatu hal, Tentu perusahaan bisa jalan. Dan jika ingin menggantikannyapun mudah, tinggal kita mendatangkan pada pihak ketiga, pasti hadir seseorang dengan standar cleaning service, cukup ditunjukan dimana peralatan dan bagaimana hal pertama dibersihkan maka beres. Dalam posisi matriks ini, perlu dilakukan  efisiensi dan efektifitas.
  1. Kategori Non core-Critical
Contoh dalam hal ini adalah ATM[19] dalam bank, proses administrasi, laporan dan invoice atau tagihan kepada bank tersebut, yang harus menggantikan sejumlah uang yang dimasukakan kedalam ATM dan membayar seluruh proses pengisisn ATM tersebut dilakukan oleh sebuah perusahaan khusus, yang berpusat di Amerika dengan armada terlatih yang merupakan perusahaan outsourcing.Pengisian uang dengan sistem tersebut, jelas bukan core-nya sebuah bank. Ini adalah sebuah outsourcing dari perusahaan security, tetapi proses tersebut merupakan sesuatu yang critical bagi bank, selain ATM contoh lain adalah perusahaan pengeboran minyak, sebelum melakukan pengeboran lepas pantai harus melakukan survey terlebih dahulu untuk membaca lapisan-lapisan bumi yang ada di dasar laut. Pekerjaan ini sangat critical, karena kalau tidak dilakukan dapat mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, bisa jadi pengeboran dilakukan dan tidak menghasilkan minyak. Perusahaan pengeboran minyak ini mengalih dayakan survei pemetaan lapisan bumi kepada perusahaan yang memiliki keahlian dalam bidang ini, dengan survei dan peralatan super canggih dan super mahal, dengan rasio keberhasilan 1:7.
Pekerjaan-pekerjaan yang masuk dalam kategori di atas,harus dipertimbangkan untuk outsourcing dan bahkan melakukan kerjasama yang lebih mendalam dengan perusahaan lain yang memiliki keahlian berbeda-beda.
  1. Kategori Non critical-Core
Semestinya, sebuah posisi yang disebut core, haruslah critical untuk sebuah perusahaan namun perkembangan dan enterpreneurship yang semakin tajam dapat membuat sebuah posisi atau pekerjaan yang dahulunya critical dan core  menjadi noncritical dan tetap core dari perusahaan tersebut. Disini artinya, core dari perusahaan tersebut adalah tetap, namun hal-hal yang bersifat critical dipilah lagi sehingga ketergantungan atas proses tersebut dapat dikurangi sehingga menjadi non-critical.
Contoh dalam hal ini adalah produksi hamburger. Sebuah Restoran hamburger, memiliki core produk hamburger yang tidak mungkin tanpa bun (roti bundar pipih yang menjadi bagian terluar dari hamburger) namun penyediaan bun tidak mesti menjadi hal yang critical lagi saat dimana-mana produk tersebut telah tersedia.
Contoh lain adalah bagaimana proses pergeseran posisi teller yang tentu adalah core dari sebuah bank, menjadi noncritical atau paling tidak berkurang level critical keberadaannya setelah munculnya mesin ATM. Bank, bukan lagi menempatkan ATM dimana cabang bank tersebut tidak ada, namun menempatkan ATM di cabang dimana bank tersebut beroprasi dalam jam yang sama, yang core di sini tentunya masih tetap proses pengambilan dan penyimpanan uang oleh nasabah, namun banyak bank menggeser prosesnya, misalnya, jika customer mengambil uang dibawah lima juta. Konsumen tersebut akan diarahkan untuk menggunakan ATM. Di sini terjadi pergeseran dari teller yang adalah core menjadi tidak lagi  critical.
  1. Kategori Critical dan Core
Call center bagi perusahaan telekomunikasi merupakan, core dan critical. Proses penagihan kredit adalah sesuatu yang critical dan Core bagi bank. Proses penggajian (payroll) merupakan sesuatu yang core dan critical bagi perusahaan terlebih departemen SDM, namun hampir seluruh call center di dunia ini dioutsource ke India yang merupakan center of outsourcing call center, dan Filipina. Demikian juga yang terjadi dalam collection di Indonesia. Sebuah bank Internasional yang telah mempercayakan proses collectionnya kepada salah satu pengelola collection profesional, dimana mereka mendirikan sebuah unit collection lengkap dengan infrastruktur mereka yang tergolong canggih. Seluruh sistem  yang dibangun dilakukan oleh anak negeri dan telah meyakinkan pihak bank pemberi kerja mereka, bahwa sistem ini telah disetujui dan dapat disejajarkan dengan sistem collection buatan India. Data nasabah dijamin karena mereka menandatangani apa yang disebut non-disclosure aggrement atau janji untuk tidak membocorkan rahasia nasabah, begitu pula para collection agent mereka menandatangani janji yang sama untuk menjaga infornasi yang mereka terima.
Melalui diskripsi di atas, batasan pelaksaan pada hanya non core business dalam outsourcing, menjadi kabur dalam praktek. Outsourcing bukan hanya menjadi hal yang perlu melainkan hal yang dibutuhkan  agar melalui outsourcing negara Indoneesia mampu membuka lapangan kerja dan menjadi negara yang mengambil bagian dalam outsourcing international (offshoring)
  1. Core business dan non core business menurut UU No 13 Tahun 2003.
Kegiatan jasa penunjang (non core business) atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh catering, usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh. (Pasal 66 ayat 1 UU No 13 Tahun  2003)
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan pemborong pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: kegiatan penunjang adalah kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang mendukung dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan alur kegiatan kerja perusahaan pemberi pekerjaan. Ataupun suatu kegiatan yang tidak menghambat proses produksi secara langsung artinya kegiatan tersebut adalah merupakan kegiatan tambahan yang apabila tidak dilakukan oleh perusahaan pemberi pekerjaan, proses pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan sebagaimana biasanya. (Pasal 6 ayat 1 huruf c dan d  Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP.220/MEN/X/2004)
Dari uraian di atas, ketentuan outsourcing hanya mengatur tentang kegiatan penunjang (non core business) secara sederhana. Walaupun demikian dapat diartikan bahwa suatu kegiatan yang tidak masuk dalam non core business adalah core business. Aktivitas yang dapat di outsource-kan adalah suatu aktivitas penunjang, atau bukan aktivitas bisnis utama perusahaan (non core activities atau non core activities business) sedangkan bisnis utama tetap dilaksanakan sendiri.

Sumber : http://breath4justice.wordpress.com/2012/01/09/core-business-dan-non-core-business-dalam-outsorcing/

Komentar

Postingan Populer