Bahasa Indonesia 2 Deduksi-Induksi
Pengertian Deduksi
Deduksi adalah proses bernalar yang bertolak dari sebuah
simpulan (umum) yang didapatkan dari hal-hal yang bersifat khusus atau
individu. Penalaran deduksi ada dua macam, yaitu:
1. Silogisme
Merupakan penarikan kesimpulan melalui dua premis (premis umum dan premis khusus) guna menurunkan premis baru (simpulan).
Merupakan penarikan kesimpulan melalui dua premis (premis umum dan premis khusus) guna menurunkan premis baru (simpulan).
PU : A = B
PK : C = A
S : C = B
Contoh:
Semua pemilik mobil wajib membayar pajak. Pak Budiman memiliki sebuah mobil.
Maka kesimpulannya: Pak Budiman wajib membayar pajak.
Semua pemilik mobil wajib membayar pajak. Pak Budiman memiliki sebuah mobil.
Maka kesimpulannya: Pak Budiman wajib membayar pajak.
PU : Semua pemilik mobil wajib membayar pajak
A
= B
PK : Pak Budiman memiliki sebuah mobil.
C = A
S : Pak Budiman wajib membayar
pajak
C =
B
2. Entimem
Merupakan penarikan kesimpulan melalui dua premis (premis
umum dan premis khusus) guna menurunkan premis baru (simpulan). Namun, dalam
penarikan kesimpulan dalam entimem diberikan alasan sebagai penyebabnya.
PU : A = B
PK : C = A
S : C = B karena
C = A
Contoh:
PU : Semua warga yang sudah berumur 17 tahun wajib memiliki KTP
PU : Semua warga yang sudah berumur 17 tahun wajib memiliki KTP
A
= B
PK : Monica sudah berumur 17 tahun
C = A
S : Monica wajib memiliki KTP,
karena Monica sudah berumur 17 tahun
C =
B
C = A
Pengertian Induksi
Induksi adalah penalaran yang menuntun pembaca pada suatu kesimpulan dengan memulai menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus untuk menuju pada simpulan umum. Penalaran induksi ada tiga macam yaitu:
1. Generalisasi
Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan
peristiwa-peristiwa yang khusus untuk diambil simpulannya secara umum.
Contoh:
Tembaga bila dipanaskan akan memuai
Perak bila dipanaskan akan memuai
Timah bila dipanaskan akan memuai
Emas bila dipanaskan akan memuai
Besi bila dipanaskan akan memuai
Alumunium bila dipanaskan akan memuai
Dari peristiwa-peristiwa itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
semua logam bila dipanaskan akan memuai.
2. Analogi
Penalaran jenis ini dimulai dengan membandingkan dua hal yang
memiliki banyak persamaan. Dalam penalaran ini banyak terdapat persamaan. Akhirnya,
ditarik simpulan bahwa pada segi-segi yang lain pun tentu akan terdapat
persamaan juga.
Contoh:
Perawatan tanaman dilakukan dengan seksama, yaitu diberi
pupuk, disirami, dan disiangi rumput yang mengganggunya. Dengan begitu, tanaman
tumbuh subur dan berkualitas baik. Jika berbuah pun dapat dinikmati dengan rasa
puas. Begitu pula manusia. Sejak bayi, sang ibu memperhatikan gizi, memberi
kasih sayang, dan pendidikan yang layak, serta menghindarinya dari hal-hal yang
negatif. Kelak si anak menjadi orang yang berguna dan keberadaannya
dibutuhkan orang. Jadi, merawat dan membesarkan anak hingga menjadi orang yang
berguna sama seperti merawat tanaman untuk memperoleh kualitas yang baik.
Hubungan Kausalitas
Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan
peristiwa-peristiwa sehingga sampai pada suatu simpulan bahwa
peristiwa-peristiwa tersebut merupakan sebab suatu keadaan atau
peristiwa-peristiwa tersebut merupakan akibat suatu keadaan. Terdapat tiga
macam hubungan kausalitas, yaitu:
1. Hubungan Sebab-Akibat
Yang dikemukakan adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi
sebab sehingga sampai pada suatu simpulan yang menjadi akibat
Contoh:
Tadi siang aku makan di kantin sekolah bersama dengan
teman-temanku. Aku memesan menu padang. Sambal menu padang itu sangat
menggiurkan dan menggugah seleraku. Aku makan begitu lahap sehingga aku
kenyang.
2. Hubungan Akibat-Sebab
Yang dikemukakan adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi
akibat. Kemudian dicari apa penyebabnya.
Contoh:
Supri adalah siswa yang mendapat nilai ujian matematika
tertinggi. Tidak heran bila ia mendapatkan nilai tertinggi. Semalaman Supri
belajar matematika. Ia bertekad untuk mendapatkan nilai yang bagus agar tidak
perlu melakukan remedial.
3. Hubungan Sebab Akibat 1 Akibat
2
Yang dikemukakan adalah peristiwa-peristiwa yang dapat
menimbulkan beberapa akibat yang lain.
Contoh:
Siswa A berasal dari keluarga yang kurang mampu,tetapi
bercita-cita menjadi sarjana teknik. Sejak masuk SMA, ia kerja keras. Dalam
pikirannya hanya ada satu target harus menyisihkan semua kawan-kawan sekelasnya
dalam semua mata pelajaran. Akibatnya, selama kelas satu, dua, dan tiga ia
selalu memperoleh peringkat pertama. Hal itu karena kerja keras dan tekad yang
kuat untuk menyandang sarjana teknik. Akibatnya, ia lulus seleksi PMDK dan ia
diterima sebagai mahasiswa ITB, Jurusan Elektro.
Sumber : http://meganirmalaputri.blogspot.com/
Komentar
Posting Komentar